Rabu, 10 Juni 2009

Sindom Chusing

KATA PENGANTAR

 
 Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah yang berkenaan dengan “SYNDROM CHUSING”.
 Dalam penyusunan makalah ini, Kami mengutipnya dari berbagai sumber literature antara lain dari buku – buku tentang Sistem Endokrin serta beberapa diantaranya kami kutip dari internet.
 Adapun pertimbangan Kami untuk menyusun makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan medikal bedah III. Kami mengucapkan terimakasih kepada dosen Kami tercinta Bapak Muncul Wiyana yang telah memberikan tugas ini kepada Kami. Agar kami senantiasa terlatih untuk memahami lebih luas seluk beluk mengenai endokrin khusunya syndroma chusing. Kami mengucapkan terimakasih pula kepada teman – teman yang telah mendukung dan membantu penyusunan makalah ini hingga selesai.
 Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah yang Kami tulis ini, untuk itu Kami mengharap kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah yang kami susun dan sampaikan ini ada guna dan manfaatnya. 




  Madiun, 4 April 2009
  TIM PENYUSUN








DAFTAR ISI

Halaman Judul…………………………………………………………
Kata Pengantar………………………………………………………...
Daftar Isi………………………………………………………………
BAB I
  Pendahuluan………………………………………………………… 
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………
B. Rumusan Masalah……………………………………………….
C. Tujuan Penulisan………………………………………………...
BAB II
A. Pengertian………………………………………………………..
B. Struktur Penyusunnya……………………………………………
C. Fungsi Dan Manfaat…………………………………………….
D. Sumber-Sumber Makanan……………………………………….
E. Dampak Dan Pengaruh………………………………………….
BAB III
  Kesimpulan…………………………………………………………
BAB IV
  Kata Penutup……………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………..































BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Penyakit Cushing
Merupakan tipe Sindroma Cushing yang paling sering ditemukan berjumlah kira-kira 70 % dari kasus yang dilaporkan. Penyakit Cushing lebih sering pada wanita (8:1, wanita : pria) dan umur saat diagnosis biasanya antara 20-40 tahun.
Hipersekresi ACTH Ektopik
Kelainan ini berjumlah sekitar 15 % dari seluruh kasus Sindroma Cushing. Sekresi ACTH ektopik paling sering terjadi akigat karsinoma small cell di paru-paru; tumor ini menjadi penyebab pada 50 % kasus sindroma ini tersebut. Sindroma ACTH ektopik lebih sering pada laki-laki. Rasio wanita : pria adalah 1:3 dan insiden tertinggi pada umur 40-60 tahun.
Tumor-tumor Adrenal Primer
Tumor-tumor adrenal primer menyebabkan 17-19 % kasus-kasus Sindroma Cushing. Adenoma-adenoma adrenal yang mensekresi glukokortikoid lebih sering terjadi pada wanita. Karsinoma-karsinoma adrenokortikal yang menyebabkan kortisol berlebih juga lebih sering terjadi pada wanita; tetapi bila kita menghitung semua tipe, maka insidens keseluruhan lebih tinggi pada laki-laki. Usia rata-rata pada saat diagnosis dibuat adalah 38 tahun, 75 % kasus terjadi pada orang dewasa.
Sindroma Cushing pada Masa Kanak-kanak
Dindroma Cushing pada masa kanak-kanak dan dewasa jelas lebih berbeda. Karsinoma adrenal merupakan penyebab yang paling sering dijumpai (51 %), adenoma adrenal terdapat sebanyak 14 %. Tumor-tumor ini lebih sering terjadi pada usia 1 dan 8 tahun. Penyakit Cushing lebih sering terjadi pada populasi dewasadan berjumlah sekitar 35 % kasus, sebagian besar penderita-penderita tersebut berusia lebih dari 10 tahun pada saat diagnosis dibuat, insidens jenis kelamin adalah sama.

A. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian syndroma chusing ?
2. Bagaimana etiologi syindroma chusing?
3. Bagaimana Patofisiologi syndroma chusing?
4. Bagaimana manifestasi dari sydroma chusing?
5. Pemeriksaan apa saja yang dilakukan untuk mengetahui syndroma chusing?
6. Penatalaksanaan apa yang harus dilakukan terhadap pasien penderita syndroma chusing ?
7. Bagaimana asuhan keperawatannya ?

B. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui pengertian syndroma chusing 
2. Menjelaskan etiologi syindroma chusing
3. Menjelaskan patofisiologi syndroma chusing
4. Menjelaskan manifestasi dari sydroma chusing
5. Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui syndroma chusing
6. Penatalaksanaan yang harus dilakukan terhadap pasien penderita syndroma chusing 
7. asuhan keperawatan syndroma chusing 











BAB II
SINDROM CUSHING
Pengertian
  Sindron Chusing disebabkan oleh kelebihan kortisol / hiperkostisolisme. Hormon kortisol ini dihasilkan oleh kelenjar adrenal
Sindrom Cushing adalah keadan klinik yang terjadi akibat dari paparan terhadap glukokortikoid sirkulasi dengan jumlah yang berlebihan untuk waktu yang lama. (Green Span, 1998)
Penyakit Cushing didefinisikan sebagai bentuk spesifik tumor hipofisis yang berhubungan sekresi ACTH hipofisis berlebihan.
Sindrom Cushing dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, yaitu :
Penyakit Cushing
Merupakan tipe Sindroma Cushing yang paling sering ditemukan berjumlah kira-kira 70 % dari kasus yang dilaporkan. Penyakit Cushing lebih sering pada wanita (8:1, wanita : pria) dan umur saat diagnosis biasanya antara 20-40 tahun.
Etiologi
Kelebihan hormon kortisol dari koeteks adrenalis diakibatkan oleh :
  Penyakit adrenal hyperplasia sekunde akibat hipersekresi hipofisis ACTH 
  Adenoma adrenal yang memproduksi kortisol (tumor adrenal)
  Produksi ACTH dari tumor non endokrin (syndrom ACTH ektopik)
  Akibat pengobatan glukokortikoid dosis tinggi dalam waktu yang lama





Patofisiologi
Adenoma Hipofisis Tumor adrenal Tumor-tumor non hipofisis Hiperplasia kortek 





















Manifestasi Klinik
1. Hiperglikemia menetap
2. Penipisan kalium, yang mengarah pada hipokalemia, aritmia, kelemahan oto dan gangguan ginjal.
3. Retensi natrium dan air yang menyebabkan edema dan hipertensi
4. Hipertensi, menjadi pencetus hipertopi jangtung kiri, gagal jantung kongestif dan stroke.
5. Penyebaran jaringan lemak yang abnormal (dalam hubungannya dengan edema), mengakibatkan wajah bulan (moon face) tumpukan lemak dorsoservikal pada leher punuk kerbau (buffalo hump)
6. Peningkatan kerentanan terhadap infeksi dan penurunan resisten terhadap stress meningkatkan kerentanan terhadap semua jenis mikroorganisme karena penekanan pada respon inflamasi, individu dengan sindrom chusing menunjukkan beberapa manifestasi infeksi dan juga menunjukkan buruknya penyembuhan luka.
7. Memungkinkan peninkatan produksi androgen yang dapat menyebabkan virilisme pada wanita, yang manifestasinya mencakup penipisan rambut, kepala, jerawat, hirsulisme (pertumbuhan rambut yang berlebihan dibagian wajah dan tubuh)
8. Perubahan mental termasuk kehilangan memori, konsentrasi dan kognitif yang buruk, euphoria, dan juga depresi.
9. perubahan pada kulit yang mudah mengalami penipisan lebam/ memar, striae, merah keunguan.
Pemeriksaan Penunjang
PEMERIKSAAN LABORATORIK
1. Pada pemeriksaan laboratorium sederhana, didapati limfositofeni, jumlah netrofil antara 10.000 – 25.000/mm3. eosinofil 50/ mm3 hiperglekemi (Dm terjadi pada 10 % kasus) dan hipokalemia.
2. Pemeriksaan laboratorik diagnostik.
Pemeriksaan kadar kortisol dan “overnight dexamethasone suppression test” yaitu memberikan 1 mg dexametason pada jam 11 malam, esok harinya diperiksa lagi kadar kortisol plasma. Pada keadaan normal kadar ini menurun. Pemerikaan 17 hidroksi kortikosteroid dalam urin 24 jam (hasil metabolisme kortisol), 17 ketosteroid dalam urin 24 jam.
3. Tes-tes khusus untuk membedakan hiperplasi-adenoma atau karsinoma :
a. “Urinary deksametasone suppression test”. Ukur kadar 17 hidroxi kostikosteroid dalam urin 24 jam, kemudian diberikan dexametasone 4 X 0,5 mg selama 2 hari, periksa lagi kadar 17 hidroxi kortikosteroid bila tidak ada atau hanya sedikit menurun, mungkin ada kelainan. Berikan dexametasone 4 x 2 mg selama 2 hari, bila kadar 17 hidroxi kortikosteroid menurun berarti ada supresi-kelainan adrenal itu berupa hiperplasi, bila tidak ada supresi kemungkinan adenoma atau karsinoma.
b. “Short oral metyrapone test”. Metirapone menghambat pembentukan kortisol sampai pada 17 hidroxikortikosteroid. Pada hiperplasi, kadar 17 hidroxi kortikosteroid akan naik sampai 2 kali, pada adenoma dan karsinoma tidak terjadi kenaikan kadar 17 hidroxikortikosteroid dalam urine.
c. Pengukuran kadar ACTH plasma.
d. Test stimulasi ACTH, pada adenoma didapati kenaikan kadar sampai 2 – 3 kali, pada kasinoma tidak ada kenaikan.

PEMERIKSAAN RADIOLOGI
CT, USG, dan MRI
Dapat dilakukan untuk menentukan lokasi jaringan adrenal dan mendeteksi tumor pada kelenjar adrenal.
Penatalaksanaan 
a. Terapi Operatif
Hipofisektomi Transfenoidalis  Operasi pengangkatan tumor pada kelenjar hipofisis
Adrenalektomi  terapi pilihan bagi pasien dengan hipertrofi adrenal primer
b. Terapi Medis
Preparat penyekot enzim adrenal (metyrapon, aminoglutethimide, mitotane, ketokonazol) digunakan untuk mengurangi hiperadrenalisme jika sindrom tersebut disebabkan oleh sekresi ektopik ACTH oleh tumor yang tidak dapat dihilangkan secara tuntas.
c. Keperawatan ????? (AkGRuh,TlgKsihPenjelasan)
Komplikasi
Diabetes Militus
Hipertensi
Osteoporosis



















ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DISFUNGSI KELENJAR ADRENAL
SINDROM CUSHING
Pengkajian
Data Biografi : nama, usia, jenis kelamin
Riwayat Kesehatan Sekarang
Data subjektif ;
Tidak Haid
Nyeri punggung
Mudah lelah / kelemahan otot
Sakit kepala
Luka sukar sembuh
Data objektif
 Wajah moon face
 Grimace
 Terlihat lemah

Pemeriksaan Fisik
Integumen
Penipisan - Kulit Striae
Petechie - Hirsutisme (pertumbuhan bulu bulu wajah)
Ekimosis - Edema pada ekstremitas
Jerawat - Hiperpigmentasi
Moonface
Punuk kerbau (buffalo hump) pada posterior leher
Kardiovaskuler
Hipertensi
Muskuloskeletal
Kelemahan otot
Miopati
Osteoporosis
Reproduktif
Pembesaran klitoris
Makanan dan cairan
Obesitas
Hipokalemia
Retensi natrim
Psikiatrik
Perubahan emosi
Psikosis
Depresi
Penurunan konsentrasi
Pembelajaran
Kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit, prognosis dan pengobatannya

Diagnosa Keperawatan 
Gangguan integritas kulit b.d kerusakan proses penyembuhan, penipisan dan kerapuhan kulit
Gangguan body image b.d perubahan integumen, perubahan fungsi sexual
Resiko infeksi b.d penurunan respon imun, respon inflamasi
Resiko cidera b.d kelemahan

Intervensi Keperawatan
Dx 1. Resiko infeksi b.d penurunan respon imun, respon inflamasi
Tujuan : Infeksi tidak terjadi setelah dilakukan intervensi
KH : - Tanda-tanda infeksi (tumor, calor, dolor, rubor, fungsio laesa) 
tidak ada
Suhu normal : 36,5-37,1 C
Hasil lab : Leukosit : 5000-10.000 gr/dL
Intervensi :
Kaji tanda-tanda infeksi
R/ Adanya tanda-tanda infeksi (tumor, rubor, dolor, calor, fungsio laesa) merupakan indicator adanya infeksi
Ukur TTV setiap 8 jam
R/ Suhu yang meningkat merupan indicator adanya infeksi
Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan
R/ Mencegah timbulnya infeksi silang
Batasi pengunjung sesuai indikasi
R/ Mengurangi pemajanan terhadap patogen infeksi lain
Tempatkan klien pada ruang isolasi sesuai indikasi
R/ Tehnik isolasi mungkin diperlukan untuk mencegah penyebaran / melindungi pasien dari proses infeksi lain
Kolaborasi
Pemberian antibiotik sesuai indikasi
R/ Terapi antibiotik untuk mengurangi resiko terjadinya infeksi nosokomial
Pemeriksaan lab (Leukosit)
R/ Leukosit meningkat indikasi terjadinya infeksi
Dx 2. Resiko cedera b.d kelemahan
Tujuan : Klien tidak mengalami cidera setelah dilakukan intervensi 
KH : - Cedera jaringan lunak (-)
Fraktur (-)
Ekimosis (-)
Kelemahan (-)
Intervensi :
Ciptakan lingkungan yang protektif / aman
R/ Lingkungan yang protektif dapat mencegah jatuh, fraktur dan cedera lainnya pada tulang dan jaringan lunak
Bantu klien saat ambulansi
R/ Kondisi yang lemah sangat beresiko terjatuh / terbentur sat ambulasi
Berikan penghalang tempat tidur / tempat tidur dengan posisi yang rendah
R/ Menurunkan kemungkinan adanya trauma
Anjurkan kepada klien untuk istirahat secara adekuat dengan aktivitas yang sedang
R/ Memudahkan proses penyembuhan
Anjurkan klien untuk diet tinggi protein, kalsium dan vitamin D 
R/ Untuk meminimalkan pengurangan massa otot
Kolaborasi pemberian obat-obatan seperti sedative
R/ Dapat meningkatkan istirahat
Dx 3. Gangguan integritas kulit b.d kerusakan proses penyembuhan, penipisan dan kerapuhan kulit
Tujuan : Klien menunjukkan integritas kulit kembali utuh setelah dilakukan 
tindakan keperawatan
KH : - Penipisan kulit (-)
Petechie (-)
Ekimosis (-)
Edema pada ekstremitas (-)
Keadaan kulit baik dan utuh
Striae (-)
Intervensi :
Kaji ulang keadaan kulit klien
R/ Mengetahui kelaianan / perubahan kulit serta untuk menentukan intervensi selanjutnya
Ubah posisi klien tiap 2 jam
R/ Meminimalkan / mengurangi tekanan yang berlebihan didaerah yang menonjol serta melancarkan sirkulasi
Hindari penggunaan plester
R/ Penggunaan plester dapat menimbulkan iritasi dan luka pada kulit yang rapuh
Berikan lotion non alergik dan bantalan pada tonjolan tulang dan kulit
R/ dapat mengurangi lecet dan iritasi
Dx 4. Gangguan body image b.d perubahan integumen, perubahan fungsi sexual
Tujuan : Klien menunjukkan gambaran diri yang positif setelah dilakukan 
tindakan keperawatan
KH : - Klien dapat mengekspresikan perasaanya terhadap perubahan 
penampilannya
Klien dapat mengutarakan perasaannya tentang perubahan sexual
Klien dapat menyebutkan tanda dan gejala yang terjadi selama pengobatan
Klien dapat melakukan personal hygine setiap hari
Intervensi :
Ciptakan lingkungan yang kondusif dengan klien mengenai perubahan body image yang dialami
R/ Lingkungan yang kondusif dapat memudahkan klien untuk mengungkapkan perasaannya
Beri penguatan terhadap mekanisme koping yang positif
R/ Membantu klien dalam meningkatkan dan mempertahankan kontrol dan membantu mengembangkan harga diri klien
Berikan informasi pada klien mengenai gejala yang berhubungan dengan pengobatan
R/ Dengan diberikan penjelasan tersebut, klien dapat menerima perubahan pada dirinya
Diskusikan dengan klien tentang perasaan klien karena perubahan tersebut
R/ Mendiagnosa perubahan konsep diri didasarkan pada pengetahuan dan persepsi klien
Jaga privacy klien
R/ Meningkatkan harga diri klien 
Beri dukungan pada klien dan jadilah pendengar yang baik
R/ Memberikan dukungan dapat memotivasi klien untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar
Kolaborasi dengan ahli psikolog
R/ Pasien mungkin membutuhkan dukungan selama berhadapan dengan proses jangka panjang ketidakmampuan
Evaluasi
Kebutuhan volume cairan kembali adekuat.
Klien toleransi terhadap aktivitas.
Infeksi tidak terjadi.
Cedera tidak terjadi.
Integritas kulit klien kembali normal.
Body image klien kembali bertambah.
Proses pikir klien kembali normal.
Klien menunjukkan perawatan diri yang maksimal.
Pengetahuan klien bertambah




BAB III

KESIMPULAN





















BAB IV

KATA PENUTUP

Dengan selesainya tugas pembuatan makalah “ SYNDROMA CHUSING” ini tidak lupa Kami berterimakasih kepada semua pihak yang telah membantu proses pembuatan makalah ini hingga akhir. Kami juga tidak dapat berkembang dengan baik tanpa ada saran dan kritik yang membangun, mengingat pula bahwa tak ada gading yang tak retak, tak ada manusia yang luput dari kesalahan.



  Madiun, 4 April 2009

  TIM PENYUSUN























DAFTAR PUSTAKA

 Brunner dan Suddarth.2002.Keperawatan Medikal Bedah.Edisi 8.EGC:Jakarta.
 J. Corwin, Elizabeth.2000.Buku Saku Patofisiologi.Jakarta:EGC
 Sylvia Anderson, Price.1995.Patofisiologi.Edisi4.Jakarta:EGC
 http://smartnet-q.blogspot.com
 http://www.healthreference-id.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar